14 Mar 2025

Renungan Buka Sabat - SABAT KESEBELAS - CARA MENGUDUSKAN SABAT

 



Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, yakni hari pertemuan kudus; janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah sabat bagi TUHAN di segala tempat kediamanmu. Imamat 23:3


Kita akan membahas hari-hari raya bangsa Israel yang disebut Sabat (perhentian) sebagaimana yang diperintahkan Tuhan kepada bangsa itu melalui Musa. Namun, sebelum hari-hari raya itu diucapkan oleh Tuhan, Ia mendahului dengan mengingatkan kembali tentang hari SabatNya yaitu hari ketujuh. “Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan,” sebagaimana perintah pada hukum keempat dalam sepuluh hukum. Allah menyuruh supaya manusia bekerja selama enam hari, “tetapi pada hari yang ketujuh ada Sabat, hari perhentian penuh, yakni hari pertemuan kudus,” sebagai lanjutan ayat di atas, di sini dinyatakan bahwa hari ketujuh adalah hari Sabat, hari perhentian penuh, yakni hari pertemuan kudus.


Sampai sekarang banyak yang bertanya, “Mengapa harus pergi ke gereja pada hari Sabat?” Ketika para pelopor atau pendiri Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh memulai pergerakan Advent, mereka belum mengenal hari Sabat, mereka belum tahu menguduskan hari Sabat. Lalu, ada seorang ibu dari Gereja Metodis memperkenalkan hari Sabat itu kepada kelompok Ny. White. Adalah Ibu Rachel Oak Preston, dari Gereja Metodis, yang kemudian dikukuhkan oleh Pendeta Wheeler, bahwa hari kudus Tuhan bukanlah hari Minggu melainkan hari Sabtu atau Sabat. Suami Ny. White yakni James White, lalu menyelidiki kebenaran hari Sabat. Salah seorang Bapak Advent, Joseph Bates pun mengadakan penyelidikan hari Sabat. Pada waktu itu rombongan Advent masih berbakti (pergi ke gereja) pada hari Minggu.


Seorang teknokrat di kalangan Advent pada waktu itu, Dr. J. N. Andrews, atas persetujuan diminta untuk mempelajari cara-cara pengudusan Sabat di dalam Alkitab, dan atas penyelidikannyalah Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh menerapkan pemeliharaan hari Sabat, dan dari sinilah kemudian Nama Masehi Advent Hari Ketujuh dilembagakan.


Bagaimanakah cara menguduskan Sabat? “Itu harus menjadi suatu Sabat, hari perhentian penuh bagimu, dan kamu harus merendahkan diri.... Dari matahari terbenam sampai matahari terbenam, kamu harus merayakan Sabatmu” (Im. 23:32). Ayat ini sangat mudah dihafal Imamat 23:32, karena angkanya hanya dibalik saja, sedangkan buku Imamat gampang diingat apabila kita mengerti akan pekerjaan keimamatan.


Menurut ayat di atas, bahwa hari Sabat merupakan hari pertemuan kudus, itulah sebabnya kita pergi ke gereja untuk berbakti kepada Tuhan pada hari Sabat. Pertemuan orang-orang percaya pada hari Sabat adalah persekutuan umat Allah di bumi yang melambangkan pertemuan besar nanti dengan semua orang terbesar di dalam Kerajaan Sorga. Tuhan, melalui Roh Kudus telah menuntun para pendiri Gereja kita sehingga cara menguduskan hari Sabat telah dilembagakan. Maka kita membuka Sabat pada saat masuk matahari atau matahari terbenam pada hari Jumat. Sepanjang hari Sabat itu kita berbakti menguduskan hari itu, dan menutupnya pada hari Sabat sore ketika matahari terbenam. Jadi bukan dari tengah malam sampai tengah malam; atau dari pagi hari sampai pagi hari. Beginilah kita harus memelihara dan menguduskan hari Sabat Tuhan.


Kiranya Tuhan Selalu Memberkati Kita!

13 Mar 2025

Definisi "Rumah Sakit" menurut Paus Fransiskus


Hi all Readers... 

Pagi ini aku membaca artikel yang dikirimkan tante saya di WAG keluarga. Ya aku adalah seorang Adven dan kalau melihat tulisan artikel yang aku bagikan saat ini, sepertinya agak sedikit aneh. Tapi, menurut aku ini pantas untuk dibagikan. Karena ini tidak bertentangan dengan ajaran Adven dan untuk teman-teman yang Adven silahkan kritik kalau aku salah. Mohon baca dn mengerti apa yang tertulis di artikel di bawah ini.



Paus Fransiskus kini sedang sakit berat. Di ICU. Karena radang paru. Dalam keadaan inilah dia menyempatkan diri menulis pesan indah ini...

"Dinding rumah sakit telah mendengar lebih banyak doa yang tulus dibandingkan dinding gereja atau mesjid...

Dinding ini telah menyaksikan lebih banyak ciuman yang jujur dibandingkan bandara...

Di rumah sakit, kita melihat seorang pembenci LGBT diselamatkan oleh dokter gay.
Seorang dokter yang berada menyelamatkan nyawa seorang pengemis...

Di unit perawatan intensif, seorang Yahudi merawat seorang rasis yang membencinya...
Seorang polisi dan seorang tahanan berbaring di ruangan yang sama, menerima perawatan yang sama...

Seorang pasien kaya menunggu transplantasi hati, bersiap menerima organ dari seorang donor miskin...

Di saat-saat seperti inilah, ketika rumah sakit menyentuh luka manusia, dunia yang berbeda bertemu dalam rancangan ilahi.
Dan dalam pertemuan takdir ini, kita menyadari bahwa kalau sendirian, kita bukanlah apa-apa.

Kebenaran sejati manusia, sering kali, hanya terungkap di saat rasa sakit atau ancaman kehilangan seseorang yang tak terhindarkan

Rumah sakit adalah tempat di mana manusia menanggalkan topengnya, menampakkan dirinya apa adanya, dalam esensi paling murninya.

Hidup ini akan berlalu dengan cepat, jadi jangan sia-siakan dengan bertengkar dengan orang lain.
Jangan terlalu banyak mengritik tubuhmu sendiri.

Jangan terlalu sering mengeluh.
Jangan kurang tidur hanya karena tagihan.
Pastikan untuk memeluk orang-orang yang kau cintai.

Jangan terlalu khawatir agar rumah tetap bersih sempurna.
Harta benda harus diperoleh oleh setiap individu—jangan habiskan hidup hanya untuk mengumpulkan warisan.

Kamu menunggu terlalu lama: Natal, Lebaran nanti, hari Jumat depan, tahun depan, saat uang cukup, saat cinta tiba, saat segalanya sempurna...

Dengar, kesempurnaan itu tidak ada.
Manusia tidak diciptakan untuk mencapainya, karena kita memang tidak dibuat untuk merasa sepenuhnya utuh di sini.
Di dunia ini, kita hanya diberi kesempatan untuk belajar.

Jadi, manfaatkanlah ujian hidup ini—dan lakukanlah sekarang.

Hormati dirimu, hormati orang lain. Jalani jalanmu sendiri, dan lepaskan jalan yang dipilih orang lain untukmu.

Hormati: jangan berkomentar, jangan menghakimi, jangan mencampuri.

Cintailah lebih banyak, maafkan lebih banyak, peluk lebih banyak, hiduplah lebih dalam!

Dan serahkan sisanya pada Sang Pencipta."

8 Mar 2025

Selamat Hari Sabat

Satu hari yang indah 
Satu hari yang penuh berkat
Satu hari yang mengingatkan penciptaan 
Suatu hari yang penuh kasih 

Semua manusia seharusnya bersukacita pada hari ini
Seharusnya berkat melimpah pada hari ini 
Karena Tuhan ada ditengah manusia pada hari ini 
Karena hari ini adalah hari Kudus Tuhan 

Dialah yang memberikan hari Sabat kepada manusia 
Dialah yang memberkati dan menguduskan hari Sabat 
Dialah yang memiliki hari Sabat 
Dialah Tuhan atas hari Sabat 

Jika engkau berkata bahwa 
Engkau mengasihi Tuhan tapi 
Tidak menguduskan hari Sabat 
Kamu sama dengan seorang pendusta 

Engkau berkata hari apa saja 
Bisa jadi hari Sabat tapi hanya 
Ada satu hari Sabat
Hari ketujuh dalam satu minggu 

Terjemahkan lah hari-hari 
Dalam satu minggu dalam 
Berbagai bahasa dan kau
Akan temukan Sabat disana

Dan engkau akan memilih untuk 
Beribadah kepada Tuhan pada hari ini 
Karena manusia telah merubah 
Hari pertama sebagai hari Sabat 

Namun, Tuhan tidak pernah merubah hariNya
Dan firman-Nya tidak pernah berubah 
Baik itu sekarang maupun sampai selamanya 

Jadi pilihlah sekarang kawan 
Hari apa engkau akan berbakti kepada Tuhan 
Pilihlah hari Sabat yang benar 
Pilihlah hari Sabat dimana 
Tuhan Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat itu 

Semoga engkau dapat menikmati hari Tuhan ini 

Selamat hari Sabat 🥰🙏😇

7 Mar 2025

Selamat Datang Hari Yang Suci

Matahari sudah terbenam di ufuk barat daya 
Pada hari keenam di dalam seminggu 
Umat Tuhan berbakti, bernyanyi bersama keluarga
Kemuliaan Tuhan terasa di sore hari itu 
Setiap Jum'at sore, hingga Sabtu sore adalah kebahagiaan bagi umat Tuhan.
Rasanya indah sekali jika menikmati hari Sabat 
Sabat tidak ditentukan oleh manusia 
Tuhan yang menentukan hari Sabat 
Dan firman-Nya bersabda: Kejadian 2:2-3
 
Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. 
Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.

, Hari Sabat sudah ada sejak awal dunia diciptakan,
Dan sebelum manusia jatuh kedalam dosa. Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, Ia berfirman dalam sabdaNya: Keluaran 20:8-11
 Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: 
enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, 
tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.
Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya. 

Tuhan mengingatkan kembali kepada manusia bahwa Dia sudah menjadikan hari Sabat untuk membuat mereka mengingat Dia. Dan Tuhan bersabda lagi: Yesaya 56:2, 4
Berbahagialah orang yang melakukannya, dan anak manusia yang berpegang kepadanya: yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang menahan diri dari setiap perbuatan jahat. 
Sebab beginilah firman TUHAN: "Kepada orang-orang kebiri yang memelihara hari-hari Sabat-Ku dan yang memilih apa yang Kukehendaki dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku, 

Yesaya 58:13-14
13 Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat "hari kenikmatan", dan hari kudus TUHAN "hari yang mulia"; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, 
14 maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut TUHANlah yang mengatakannya. 

Yesaya 66:23 Bulan berganti bulan, dan Sabat berganti Sabat, maka seluruh umat manusia akan datang untuk sujud menyembah di hadapan-Ku, firman TUHAN. 

Yehezkiel 20:12-13
Hari-hari Sabat-Ku juga Kuberikan kepada mereka menjadi peringatan di antara Aku dan mereka, supaya mereka mengetahui bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan mereka.  
Tetapi kaum Israel memberontak terhadap Aku di padang gurun; mereka tidak hidup menurut ketetapan-ketetapan-Ku dan mereka menolak peraturan-peraturan-Ku, yang, kalau manusia melakukannya, ia akan hidup. Mereka juga melanggar kekudusan hari-hari Sabat-Ku dengan sangat. Maka Aku bermaksud hendak mencurahkan amarah-Ku ke atas mereka di padang gurun hendak membinasakan mereka.

Yehezkiel 20:20 kuduskanlah hari-hari Sabat-Ku, sehingga itu menjadi peringatan di antara Aku dan kamu, supaya orang mengetahui bahwa Akulah TUHAN, Allahmu. 

Dan Tuhan Yesus juga berkata: Matius 12:8 Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."

Markus 2:27, 28 "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,Markus  jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."

Hari Sabat adalah harinya, hari milik Tuhan yang spesial. Hari kesukaan, hari untuk memusatkan pikiran dan hati kepada Sang Pencipta. Kita bisa bergaul bersama umat Tuhan dalam kasih. Kita bisa merasakan kasih yang tulus dari mereka yang mengasihi Tuhan dengan sesungguhnya.

Janganlah meninggalkan hari Sabat, karena itu adalah tanda kasih Tuhan untukmu, dan kasih Tuhan akan sangat terasa ketika kita menguduskan Sabat. Kau akan merasakan berkat yang tidak pernah kau rasakan di hari-hari lain. Sabat adalah hari suci yang disucikan Tuhan pada hari-hari penciptaan, hari itu tetap sama hari ini dan sampai selamanya. Ketika kita berada di surga pun kita akan tetap menyucikan Sabat.

Renungan Buka Sabat - SABAT KESEPULUH - HUKUM HARI SABAT

 


Tetaplah ingat dan kuduskanlah hari Sabat, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau lembumu, atau keledaimu, atau hewanmu yang manapun, atau orang asing yang di tempat kediamanmu, supaya hambamu laki-laki dan hambamu perempuan berhenti seperti engkau juga. Ulangan 5:12-14


“Hari Sabat tidak ditampilkan sebagai satu lembaga yang baru tetapi sebagai sesuatu yang telah dimulaikan waktu penciptaan bumi ini. Itu harus diingat dan dipelihara sebagai satu peringatan dari pekerjaan Khalik. Dengan menunjuk kepada Allah sebagai pencipta langit dan bumi, Sabat membedakan Allah yang besar dari ilah-ilah yang palsu. Semua orang yang memelihara hari yang ketujuh menyatakan oleh perbuatan ini bahwa mereka adalah penyembah-penyembah Tuhan. Dengan demikian, Sabat merupakan tanda kesetiaan manusia kepada Allah selama di dunia ini masih ada seseorang yang melayani Dia. Hukum yang keempat adalah satu-satunya dari antara sepuluh hukum itu, di mana di dalamnya didapati baik nama dan juga gelar Pemberi Hukum itu. Itu adalah satu-satunya yang menunjukkan oleh kuasa siapa hukum itu telah diberikan. Dengan demikian itu mengandung meterai Allah, yang dicantumkan dalam hukumNya sebagai bukti bahwa hukum itu otentik dan mempunyai kuasa yang mengikat.


“Allah telah memberikan kepada manusia enam hari untuk bekerja dan Ia menuntut agar pekerjaan mereka itu dilakukan dalam enam hari kerja itu. Perbuatan-perbuatan yang bersifat menuntun dan berkemurahan diizinkan pada hari Sabat, orang sakit yang menderita harus dirawat; tetapi pekerjaan-pekerjaan yang tidak perlu harus dihindarkan sama sekali. ‘Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat, dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudusKu; apabila engkau menyebutkan hari Sabat “hari kenikmatan” dan hari kudus Tuhan “hari yang mulia,” apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu.” Larangan ini tidak berhenti sampai di sini. ‘Atau berkata omong kosong,’ kata nabi itu. Mereka yang memperbincangkan soal-soal urusan dagang atau mengadakan rencana-rencana pada hari Sabat dianggap oleh Allah seakan-akan telah mengadakan dengan sebenarnya transaksi dari pada urusan itu.


“Untuk menguduskan hari Sabat, kita jangan membiarkan pikiran kita sekalipun untuk memikir-mikirkan tentang perkara-perkara yang bersifat duniawi. Dan hukum ini mencakup semua orang yang ada di dalam rumah kita. Semua anggota keluarga dalam rumah harus mengesampingkan urusan duniawi mereka selama jam-jam yang suci itu. Semua harus bersatu untuk menghormati Allah oleh pelayanan yang sukarela pada hariNya yang suci itu.” Alfa dan Omega 1, hl. 359, 360.


Dalam keterangan di atas telah disinggung tentang kegiatan sosial yang boleh diadakan atau dilakukan pada hari Sabat. Namun, pekerjaan sebagai profesi kita harus dihentikan sama sekali. Mengenai pekerjaan atau kegiatan yang boleh diadakan pada hari Sabat akan kita uraikan pada bagian lain dalam buku Renungan Bukan Sabat ini.


Kiranya Tuhan Selalu Memberkati Kita!

Bukit Kehancuran

Halo Readers yang aku sayangi! 

Apa kabar kalian semua? Aku harap kalian semua sehat dan bahagia selalu ya. Hari ini aku baca renungan harian di aplikasi Alkitab aku judul hari ini adalah "Bukit Kehancuran" aku suka banget renungan hari ini.


 Juga renungan pagi yang di buat oleh konfrens Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, itu bagus banget setiap harinya. Jadi buat teman-teman yang Advent, jangan lupa untuk renungan pagi ya sebelum melakukan aktivitas sehari-hari.


 Tapi yang aku mau share di sini adalah renungan yang aku baca di aplikasi Alkitab yang aku pake ya guys.


Berikut ini isi renungannya:


 Pada Perjanjian Lama, Bukit Zaitun yang terletak di sisi timur Yerusalem, dianggap sebagai tempat di mana banyak peristiwa sedih terjadi. Daud melarikan diri dari kejaran anaknya, Absalom. Sambil menangis, menyelubungi kepala, dan tidak berkasut, Daud mendaki sampai ke puncaknya (2 Samuel 15:30). Raja Salomo mendirikan altar, tempat pemujaan bagi Kamos dan Molokh—ilah-ilah yang disembah oleh orang Moab dan Amon (1 Raja-raja 11:7). Bukit Zaitun juga lantas dijuluki Bukit Kehancuran ketika Raja Yosia menajiskan tempat-tempat pemujaan yang ada di sebelah timur Yerusalem (2 Raja-raja 23:13). Bukit ini adalah pengingat akan apa yang terjadi ketika umat Tuhan melakukan kejahatan di mata-Nya dan menolak untuk bertobat.


Berhadapan dengan Bukit Zaitun, terdapat bangunan Bait Allah. Sejarah mencatat bahwa pada tahun 957 SM, tepatnya pada zaman Raja Salomo, Bait Allah pertama berhasil didirikan. Kehadiran Bait Allah menjadi identitas yang begitu dibanggakan, sehingga kehancurannya ikut pula melambangkan kehancuran Israel. Pada tahun 586, Babel menghancurkan Bait Allah. Bangsa Israel pun masuk ke dalam masa pembuangan kedua ke Babilonia. Pada zaman nabi Ezra, pembangunan kembali Bait Allah dilakukan ketika orang-orang Israel pulang kembali ke tanah perjanjian setelah runtuhnya Babel. Namun, lagi dan lagi, Bait Allah itu hancur. Pada tahun 70 M pasukan Romawi merobohkannya, seperti apa yang Yesus nubuatkan.


Seperti telah diceritakan sebelumnya bahwa Bait Allah lebih dari sekadar bangunan bagi orang Israel, para murid Yesus pun sangat terkesan dengan keindahan arsitekturnya ketika mereka duduk bersama Yesus di Bukit Zaitun. Salah seorang murid berkata, “Guru, lihatlah betapa besarnya batu-batu itu dan betapa megahnya gedung-gedung itu!” (ayat 1). Namun, Yesus menunjukkan sikap berbeda. Saat Dia memandang bait itu, Yesus memberitahu para murid bahwa Bait Allah akan diruntuhkan (ayat 2). Perbedaan sikap yang kontras ini membuat para murid heran. Pada ayat ke-empat, mereka bertanya kapan nubuatan itu akan digenapi?


Yesus tidak menjawab dengan angka spesifik, melainkan dengan memberi peringatan. Pada ayat 5, Yesus mengatakan “waspadalah”, dan “hati-hatilah” pada ayat 9. Dua kata kerja ini dipilih Yesus untuk menekankan betapa Dia ingin agar mereka bersiap akan kehancuran yang dinubuatkan dan juga berjaga-jaga untuk kedatangan-Nya yang kedua. Yesus tidak ingin para murid lengah dan tersesat.


Peringatan yang Yesus katakan kepada murid adalah peringatan yang juga disampaikan pada kita hari ini. Saat kita berdiri di atas “Bukit Zaitun” versi kita sendiri dan memandang keindahan lahiriah yang melekat pada kita, kita mungkin tergoda untuk berpikir bahwa tidak ada yang salah atau perlu diperbaiki dari diri kita. Namun, jika kita jujur dan menelaah jauh ke dalam hati kita, apakah yang akan kita temukan? Apakah kita seperti orang-orang di Alkitab yang menolak untuk berbalik dari dosa-dosanya? Atau, apakah kita siap sedia dan berjaga-jaga setiap waktu untuk menyambut kedatangan Kristus yang kedua?


Kiranya kita selalu menguji diri kita dan hidup dalam terang kedatangan-Nya, sehingga kita tidak lengah dan berpuas diri.


Refleksi:


1. Adakah “Bukit Kehancuran” dalam hidup kita pribadi dan gereja kita hari ini? Jika ada, apa yang akan kamu lakukan untuk menyingkirkan “Bukit Kehancuran” itu?


2. Pesan utama dari Markus 13 adalah agar kita “waspada” dan “hati-hati”. Bagaimana kamu bisa waspada, saat kamu menanti kedatangan Kristus yang kedua? Apa yang perlu kamu ubah, dan apa yang mungkin bisa kamu lakukan secara berbeda, saat kamu hidup dalam terang kedatangan-Nya?


Doa:


Allah Mahakuasa, tolonglah kami untuk waspada dan hati-hati, saat kami menanti kedatangan Kristus, Anak-Mu dan Juruselamat kami. Kiranya kami tidak tertidur dalam dosa, melainkan sekiranya kami Engkau dapati tetap setia melayani-Mu, dalam sukacita dan pengharapan. Dalam nama Kristus, amin.


Ada Amin? 

Kiranya kita boleh menyingkirkan "bukit kehancuran" yang ada pada kita sehingga kita boleh menyediakan diri kita untuk menyambut hari kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kali yang tidak lama lagi. Ingat! Kita sudah berada di ujung akhir dunia ini. Mari kita menyadari segala dosa kita, ampuni orang-orang yang telah menyakiti kita, jangan menyimpan dendam satu sama lain. 


Kiranya Tuhan memberkati kita sepanjang hari ini bahkan sepanjang hidup kita. Amin.

28 Feb 2025

Renungan Buka Sabat - SABAT KESEMBILAN - MUJIZAT MANNA PADA HARI SABAT-3

 


Enam hari lamanya kamu memungutnya, tetapi pada hari yang ketujuh ada sabat; maka roti itu tidak ada pada hari itu." Tetapi ketika pada hari ketujuh ada dari bangsa itu yang keluar memungutnya, tidaklah mereka mendapatnya. Keluaran 16:26, 27


“Setiap minggu selama dalam perjalanan mereka di padang belantara, orang Israel menyaksikan mujizat rangkap tiga, yang dimaksudkan untuk mengesankan pikiran mereka akan sucinya Sabat itu; manna dalam jumlah dua kali lipat diturunkan pada hari keenam, tidak ada manna pada hari yang ketujuh, dan persediaan yang diperlukan untuk Sabat terpelihara dan tetap mulus dan bersih, sedangkan jikalau dibiarkan tersisa pada hari-hari yang lain, manna itu tidak baik lagi untuk dimakan.


“Di dalam keadaan-keadaan yang berhubungan dengan pemberian manna itu kita mempunyai bukti yang menentukan bahwa Sabat bukan ditetapkan, seperti yang dikatakan oleh banyak orang, pada waktu hukum itu diberikan di gunung Sinai. Sebelum orang-orang Israel tiba di Sinai mereka telah mengerti bahwa Sabat merupakan sesuatu yang dituntut dari mereka. Dengan diperintahkannya untuk mengumpulkan manna dua kali lebih banyak setiap hari Jumat sebagai hari persediaan untuk Sabat, di mana tidak akan ada manna yang jatuh, sifat yang suci dari hari perhentian itu tetap diingatkan kepada mereka. Dan bilamana beberapa dari antara orang banyak itu keluar pada hari Sabat untuk mengumpulkan manna, Tuhan bertanya, “Berapa lama lagi kamu menolak mengikuti segala perintahKu dan hukumKu?”—Alfa dan Omega 1, hl. 345, 346.


Setelah pertanyaan di atas ini yang berupa tantangan dari Allah, Musa melanjutkan, “Perhatikanlah, Tuhan telah memberikan Sabat itu kepadamu; itulah sebabnya pada hari keenam Ia memberikan kepadamu roti untuk dua hari. Tinggallah kamu di tempatmu masing-masing, seorangpun tidak boleh keluar dari tempatnya pada hari ketujuh itu. Lalu beristirahatlah bangsa itu pada hari ketujuh.” Keluaran 16:29,30.


Berkaitan dengan pengudusan hari Sabat, Allah memberikan jaminan ekonomi kepada umatNya. Roh Nubuat menjelaskan, “Orang Israel makan manna empat puluh tahun lamanya, sampai mereka tiba di tanah yang didiami orang; mereka makan manna sampai tiba di perbatasan tanah Kanaan.” Selama empat puluh tahun mereka telah diingatkan tiap-tiap hari oleh persediaan yang ajaib ini, akan kasih dan penjagaan Allah yang tidak pernah gagal. Dengan kata-kata pemazmur, Allah telah memberikan kepada mereka, “gandum dari langit. Setiap orang telah makan roti malaikat” (Mazmur 78:24,25)—makanan yang disediakan bagi mereka oleh malaikat-malaikat. Dicukupkan oleh “gandum dari langit” setiap hari mereka diajar bahwa dengan memiliki janji Allah, mereka terpelihara dari kekurangan sama halnya seperti mereka itu seolah-olah dikelilingi oleh ladang-ladang gandum di tanah yang subur di negeri Kanaan.”—Alfa dan Omega 1, hl. 346.


Pelajaran pendidikan kepada bangsa Israel badani dahulu kala, juga merupakan pelajaran pendidikan bagi kita bangsa Israel rohani. Kepada bangsa Israel badani diperintahkan untuk menguduskan hari Sabat, dan untuk itu mereka dijamin, dijaga dan dipelihara, dengan ekonomi yang baik oleh Allah. Berkat, jaminan, penjagaan, dan pemeliharaan yang sama dari Allah, juga menjadi bagian kita orang-orang Israel rohani.


Kiranya Tuhan Selalu Memberkati Kita!